Ia langsung sadar, hari itu adalah hari nahasnya. Pemuda 21 tahun itu sempat berpikir untuk lari, namun nasib gitar pinjaman merek Yamaha yang ia tenteng membuatnya berpikir dua kali untuk kabur. Ia takut saat melarikan diri, gitar pinjaman yang harganya tidak murah itu akan rusak. Akhirnya ia memilih pasrah.
Pagi itu, sekitar pukul 08.00 WIB, Rabu (8/7), di Jalan TB Simatupang, tepatnya di pertigaan Caglak, Pasarebo, Jakarta Timur, ia dipaksa naik mobil bak terbuka milik Satpol PP. Ia dan sejumlah pengamen lainnya dibawa langsung ke panti sosial di kawasan Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun mengamen, Dodo diamankan petugas Satpol PP.
Setibanya di panti, semua orang yang terjaring razia, termasuk Dodo, didata oleh petugas. Ia ditanya seputar profesinya sebagai seorang pengamen jalanan, mulai dari wilayah operasi, hingga peruntukan uang hasil mengamen.
“Saya ikut SNMPTN, saya ngamen untuk jaga-jaga untuk bayar kuliah, kalau saya masuk UI,” katanya.
Namun informasi yang ia sampaikan ke petugas tidak dapat menolongnya, Dodo tetap ditahan. Ia ditahan di barak bersama sekitar empat puluh orang pengamen lainnya. Barak tersebut dilengkapi dengan jeruji besi di jendela dan di pintunya. Lokasinya berada satu komplek dengan barak tempat penyandang masalah kejiwaan. Ruang geraknya dibatasi bak seorang tahanan. Gitar pinjaman yang ia bawa dirampas petugas.
Pada Kamis pagi ia sempat memberitahukan salah seorang petugas perempuan, bahwa sore itu akan ada pengumuman SNMPTN. Ia menanyakan ke sang petugas, apakah ia bisa diberikesempatan untuk menggunakan komputer yang memiliki akses internet. Dodo ingin tahu apakah ia lolos ujian. Petugas itu mengatakan Dodo boleh menggunakan salah satu komputer di kantor Panti.
“Iya pakai saja, di kantor ada kok komputer,” ujar perempuan tersebut.
Namun menjelang pukul 17.00 WIB, perempuan itu sudah terlanjur pulang sebelum memenuhi janjinya. Dodo juga tidak bisa memanfaatkan akses internet dari handphone-nya untuk melihat hasil SNMPTN karena masalah baterai. Ia akhirnya pasrah.
Selepas Maghrib sekitar pukul 18.00 WIB, di grup Whatsapp yang berisi siswa-siswa SMA Master, ia menerima informasi yang menggembirakan. Salah seorang anggota grup menginformasikan, bahwa ada tiga orang siswa SMA Master yang lolos masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN), salah satunya adalah Dodo. Ia tercatat lolos masuk Program Studi Ilmu Ekonomi Islam.
Sungguh cerita yang patut kita jadikan pelecut semangat bagi penerus bangsa Indonesia saat ini. Keterbatasan kondisi keuangan saat ini bukan menjadi alasan untuk putus sekolah dan mengejar impian. Kita butuh jiwa pemuda seperti Dodo dan berharap muncul Dodo-dodo berikutnya.