Kisah Lengkap Seorang Pengamen yang Lulus SNMPTN ke Universitas Indonesia

0
4648
dodo ui snmptn

Satu lagi kisah pemuda yang bisa dijadikan kisah inspiratif bagi generasi bangsa saat ini. Dengan kondisi serba keterbatasan akhirnya seorang pengamen dan mantan kuli bangunan Dzulfikar Akbar Cordova berhasil mengejar impiannya setelah lulus SNMPTN 2015 dan menjadi mahasiswa baru di Program Studi Ilmu Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI).

Kisah Lengkap Seorang Pengamen yang Lulus SNMPTN ke Universitas Indonesia dirangkum dari tribunews.com dengan judul artikel “Pengamen yang Lulus Ujian Masuk UI Sempat Jadi Kuli Bangunan“, dan “Dzulfikar Tahu Lulus SNMPTN Sewaktu Ditahan Satpol PP“.

dodo ui snmptn
background foto dari tribunews.com

Latar belakang keluarga Dzulfikar

Dzulfikar Akbar Cordova yang akrab disapa Dodo lahir di Banyuwangi, Jawa Timur pada 1994 lalu, dari keluarga berada. Ia sempat tinggal di Malang, dan mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Trenggalek hingga kelas 6 SD. Ayahnya adalah karyawan Bank plat merah. Hidup Dodo mulai berubah setelah kedua orangtuanya bercerai.

Ayahnya memutuskan untuk mengambil pensiun dini. Pada 2006 ayahnya pindah ke Bandung untuk bekerja di sebuah perusahaan swasta, dengan membawa Dodo dan adik laki-lakinya, Ika yang masih berumur 6 tahun. Namun di kota kembang itu nasib ayahnya tidak begitu beruntung.

“Bapak saya nggak lama kerja, terus usaha sendiri,” katanya.

Karena kondisi ekonomi, ketiganya mulai hidup nomaden, dengan hanya membawa pakaian secukupnya, dan sebuah gitar milik ayah Dodo. Ketiganya hidup dari musala ke mushala. Dodo dan adiknya tidak melanjutkan sekolah.

Awal mula menjadi pengamen jalanan

Untuk meringankan beban sang ayah, Dodo akhirnya memberanikan diri untuk mengamen di Bandung.

“Mulai mengamen ya disitu, di Bandung, di sebelah mananya saya lupa,” ujar Dodo.

Nasib keluarganya mulai membaik saat sang ayah menemui seseorang yang mau memberikan pekerjaan. Ayah Dodo ditawari pekerjaan di Lampung. Mereka bertiga pun hijrah ke Lampung pada tahun 2008. Mereka akhirnya mengontrak, Dodo pun melanjutkan sekolahnya hingga lulus SMP.

Pada 2012, hubungan baik ayah Dodo dan perusahaan yang mempekerjakannya tidak berlanjut. Sang ayah kemudian mengadu nasib ke kota Padang, Sumatera Barat, dengan membawa kedua anak laki-lakinya itu.

Sempat menjadi Kuli Bangunan

Di kota Padang, Dodo ikut membantu keuangan keluarga dengan bekerja serabutan, mulai dari berdagang kue, hingga menjadi kuli bangunan.

“Saya sempat jadi kuli bangunan di Padang, waktu itu bayarannya lumayan, Rp 100 ribu per hari,” kata Dodo.

Lagi-lagi nasib membawa keluarga tersebut hijrah. Dari kota Padang mereka lalu pindah ke Bogor, Jawa Barat pada 2014. Di kota itu Dodo kembali mengamen.

Program Sekolah Master membuat bisa melanjutkan sekolah kembali

Di kota Bogor, ia sempat membaca artikel soal sekolah Master pada sebuah koran bekas. Dari tulisan itu ia mengetahui, bahwa ia masih bisa melanjutkan pendidikannya.

Ia kemudian meminta sang ayah untuk mengantarnya ke sekolah yang lokasinya bersebelahan dengan terminal Depok itu. Di tahun 2014 ia mulai melanjutkan sekolahnya, langsung ke kelas 3 SMA, walau sebelumnya ia belum pernah mengenyam pendidikan tingkat atas.

Di sekolah tersebut Dodo mengikuti program Master Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia selama sekitara 7 bulan dan mencoba peruntungan untuk mengikuti SNMPTN 2015 bersama 40 murid lainnya.

Ia memilih Program Studi Ilmu Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI) sebagai pilihan pertama, dan Program Studi Arkeologi, Fakulitas Ilmu Pengetahuan Budaya, UI, pada pilihan kedua.

Cerita Pengumuman SNMPTN ketika ditahan Satpol PP

Tepat pada hari pengumuman SNMPTN, Dodo baru saja turun dari angkot T-19 jurusan Terminal Depok-Terminal Kampung Rambutan, tiba-tiba saja seorang petugas Satpol PP berbadan besar menghadangnya. Sang petugas lalu membacakan peraturan daerah tentang pengamen.

Klik halaman berikutnya

BACA JUGA