Begini Sistem Pendidikan Tinggi Farmasi di Jerman yang Menghasilkan Apoteker Berkualitas. Perguruan Tinggi Farmasi (PTF) di Jerman termasuk kategori terbaik di dunia, Universitat Heidelberg, sebagai salah satu perguruan tinggi farmasi sering kali masuk kedala 10 besar terbaik dunia, 1 kursi diperebutkan tidak kurang dari 5.000 mahasiswa dari segala penjuru dunia.
Seorang praktisi Apoteker Bambang Priyambodo secara lugas membahas perbedaan Sistem Pendidikan Tinggi Farmasi di Jerman dengan di Indonesia melalui akun facebook pribadinya.
Walau beliau belum pernah kuliah di Jerman, namun dirinya menulis sekedar “pengamatan” sekilas dari apa yang bisa diamati pada saat mengantarkan anaknya konsultasi studi di salah satu perguruan tinggi di Jerman, beberapa waktu yang lalu.
Informasi yang didapatkannya, kebanyakan dari brosur/leaflet serta “bocoran” informasi dari “officer” yg melayani konsultasi anaknya.
“Apabila ada kesalahan atau kekeliruan informasi mohon bisa dikoreksi agar tidak menyesatkan. Penyebar-luasan tulisan ini merupakan tanggung jawab dari masing-masing dan bukan tanggung jawab penulis.” tulisnya
Berikut adalah beberapa poin penting dikutip dari akun facebooknya.
- Pendidikan Farmasi di Jerman termasuk yang terbaik di dunia dengan tingkat persaingan yang ketat
Pendidikan Tinggi Farmasi (PTF) di Jerman merupakan salah satu PTF TERBAIK di dunia. Persaingan untuk memperebutkan “kursi” di PTF ini sangat ketat sekali. Universitat Heidelberg, sebagai salah satu perguruan tinggi farmasi yg sering kali masuk 10 besar terbaik dunia, 1 kursi diperebutkan tidak kurang dari 5.000 mahasiswa dari segala penjuru dunia. Tidak heran, hanya orang-orang luar biasa yang bisa kuliah di sini. Tapi semua perjuangan itu “terbayar” lunas dengan segala fasilitas, prasarana dan dosen2 yg luar biasa. Untuk PTF lain, memang persaingan tidak begitu ketat. Di Jerman sendiri ada 22 Perguruan Tinggi Farmasi tersebar di 14 negara bagian. Selain Uni Heidelberg, PTF lain yg tidak kalah “bergengsi” antara lain Uni Munchen dan Freie Universtatet di Berlin.yg memiliki fasilitas pelatihan pharmaceutic TERBESAR di Jerman.
2. Bebas SPP
Selain mutu pendidikannya yang sudah pasti mrpk “Jaminan Mutu”, hal menarik kuliah di Jerman adalah bahwa kuliah di Jerman tsb GRATIS (sejak tahun 2012, seluruh negara bagian membebaskan biaya institution fee). Mahasiswa dari mana pun dari segala penjuru dunia, bebas untuk “mereguk” ilmu dari negeri ini.
3. Biaya kuliah yang terjangkau
Mahasiswa “hanya” diwajibkan membayar “Semester Fee” yg nantinya akan dikembalikan lagi kepada mahasiswa dalam bentuk pelayanan dan fasilitas selama kuliah, termasuk fasilitas transportasi dlm wilayah kampus ybs. Besarnya “semester fee” ini pun “relatif” terjangkau, sekitar €150 – 200/semester atau sekitar Rp. 2,25 – 3 juta sahaja.. :) Bayangkan, kuliah di perguruan tinggi kelas dunia dengan fasilitas lengkap dengan dosen2 kaliber peraih hadiah Nobel, biaya kuliah “hanya” sekitar Rp. 2,5 juta per semester.
4. Penguasaan bahasa Jerman penting dan ikut penyetaraan bagi mahasiswa asing
Bagi mahasiswa Non-Jerman, masih ada syarat lain, yaitu penguasaan bahasa jerman tingkat lanjut (sekarang syarat harus mempunyai sertifikat C2) dan lulus Studienkolleg, yaitu “penyetaraan” dengan SMA di Jerman. Sebagai informasi, pendidikan dasar di Jerman ditempuh dalam waktu 13 tahun, sedangkan negara lain (termasuk Indinesia) adalah 12 tahun sehingga untuk calon mahasiswa dari negara lain harus ikut Studienkolleg dulu. Untuk masuk Studienkolleg ada ujian masuk yg disebut dengan “Aufnahmeprufung”. Pada akhir Studienkolleg terdapat ujian yang disebut dengan “Feststellungsprufung”. Nilai dari ujian akhir inilah yg menjadi “penentu” diterima tidaknya calon mahasiswa tersebut.
5. 5 Tahun Untuk Menjadi Seorang Apoteker
Untuk dapat mencapai gelar “pharmacist” biasanya ditempuh dalam waktu 10 semester (5 tahun), terbagi menjadi beberapa tahapan (lihat gambar).
Tahap pertama (Basic studies), ditempuh selama 4 semester. Pada tahap ini mahasiwa mendapatkan pengetahuan ilmu2 dasar seperti biologi, kimia, matematika, fisika, fisiologi, dan biologi molekular. Pada akhir semester ke-4 akan ada “Ujian Negara” atau “Staatsexamen”. Kalau lulus, lanjut ke Advance studies, kalo nggak lulus, boleh ngulang 1x lagi. Apabila gagal harus kembali ke Tanah Air. Sebagai informasi, SEMUA ujian negara di Jerman, bentuknya LISAN menggunakan bahasa Jerman.
"Mengintip" Sistem Pendidikan Tinggi Farmasi (Apoteker) di Jerman: Kuliahnya sih Biasa, Lulusannya Luar Biasa.Catatan:…
Posted by Bambang Priyambodo on Thursday, May 26, 2016
Pada tahap Advance studies, mahasiswa akan mempelajari lebih mendalam mengenai ilmu kefarmasian, antara lain biologi farmasi, kimia dan teknologi farmasi, serta ilmu yg berkaitan dengan dunia kedokteran, misalnya farmakologi, patofisiologi dan kimia klinik
Setelah 2 tahun, terdapat ujian negara atau Staatsexamen yang kedua. Ini pun bentuknya lisan. Nggak pake Skripsi.. nggak pake KKN.. nggak pake macem2… Yg penting Lulus Ujian Negara. Mahasiwa yg lulus pada ujian ini boleh langsung mengambil program Doktoral atau S3. Makanya gak heran, banyak apoteker di Jerman yg bergelar Doktor, karena memang gampang sekali prosesnya.
6. Lisensi Apoteker berlaku seumur hidup dan tidak ada sertifikat kompetensi
Untuk mendapatkan gelar “Pharmacist” mahasiswa diwajibkan magang selama masing-masing 6 bulan di Apotek dan Industri farmasi. Setelah itu ada ujian lagi (yang ketiga) untuk mendapatkan Lisensi sebagai Apoteker yang dikeluarkan oleh ABDA di negara bagian di mana PTF tsb berada. Ĺicence ini berlaku SEUMUR HIDUP, dan baru akan expired jika :
– Meninggal dunia
– Dikembalikan
– Dicabut oleh Asosiasi Apoteker Jerman (ABDA) karena melakukan pelanggaran.
– Tidak melakukan praktek kefarmasian selama 12 bulan berturut-turut
“That’s it… sederhana banget kan? Gak pake UTS.. Gak pake UAS.. Gak pake ujian kompre.. gak pake Sertifikat-sertifikatan.. gak pake SKPA-SKPAan… yg penting dapat LICENCE.. Gak ribet.. gak riweuh.. gak pake macem2… Hasilnya? Luar Biasa!!!…Wassalam” tutupnya.