Walikota Bandung, Ridwan Kamil dengan bangga menginformasikan kepada warganya bahwa Bandung menjadi finalis 6 besar dunia untuk invovasi Smart City yang digagas World Smart City Organization di Barcelona, Spanyol. Sayangnya media selalu membanding-bandingkan dengan Ibu Kota, Jakarta dengan mengkonfirmasi ke Gubernurnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Bandung Finalis World Smart City, Kok Jakarta Ikutan Repot. Kalimat itu bisa saja muncul dari bidhuaners ketika 2 sumber berita dari media besar di Indonesia mengangkat judul headline “Kalah dengan Bandung, Ahok Sebut Smart City Jakarta Payah” dan “‘Dikalahkan’ Bandung, Ahok: Bandung Bukan Saingan Jakarta”.
2 judul berita yang bertolak belakang padahal isinya sama. Tidak ada pernyataan dari Ahok merasa tersaingi. Tapi judul yang berbeda membuat bidhuaners pastinya bertanya-tanya.
“Kalah dengan Bandung, Ahok Sebut Smart City Jakarta Payah”
“(Smart city) Jakarta memang payah. Harus belajar kali,” kata Basuki, di Balai Kota, Rabu (18/11/2015) dilansir Koran Tempo.
Menurut Basuki, perbedaan smart city Jakarta dengan Bandung terletak pada ketersediaan command center atau ruang kontrol. Di Jakarta, lanjut dia, lebih banyak mengandalkan aplikasi di telepon seluler
“Bagi saya sih enggak perlu ada juara-juara. Yang penting saya bisa kontrol semuanya dan kalau saya bisa kontrol, kan enak begitu,” kata Basuki.
Basuki mengaku senang dengan aplikasi Smart City kini yang memacu kinerja satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan lurah serta camat. Aplikasi itu yakni Qlue.
“Orang-orang kan sekarang berpartisipasi untuk melaporkan masalah di lingkungannya. Lurah langsung turun, ada sampah juga langsung dibersihkan, itu lebih penting menurut saya,” kata Basuki.
“‘Dikalahkan’ Bandung, Ahok: Bandung Bukan Saingan Jakarta”
Menurutnya, program Smart City yang dijalankan pemerintahannya lebih menekankan kepada aspek pengumpulan dan interaksi informasi antara warga dan pemerintah.
Ahok, sapaan akrab Basuki, mengatakan, bisa jadi perbedaan itu yang menyebabkan DKI Jakarta tidak dinominasikan mendapat penghargaan kota dengan pelaksanaan program smart city terbaik di ajang World Smart City Awards 2015.
“Saya kira program smart city itu adalah bagaimana misalnya warga melihat tumpukan sampah, kemudian lurah menanganinya karena warga mengadukan. Itu yang lebih penting menurut saya,” ujar Ahok dikutip dari viva.co.id.
Meski demikian, Pemerintah Provinsi DKI tidak merasa terpacu untuk menandingi Bandung di ajang penghargaan lain atau ajang penghargaan serupa di tahun mendatang.
Sebelumnya Ridwan Kamil melaporkan kegiatannya ketika presentasi di Barcelona yang diunggah pada 18 November 2015 melalui akun facebooknya.
Alhamdulillah, dari puluhan kota-kota dunia, Bandung masuk finalis 6 besar dunia untuk inovasi Smart City dari World Smart City Organisation di Barcelona.
Bandung bersaing dengan kota Moskow, Dubai, Buenos Aires, Curitiba, dan Peterborough.
Bandung diapresiasi karena banyak memberikan ruang warga untuk berinteraksi aktif dalam mengawasi pembangunan kota dengan inovasi “connected citizens: encouraging participatory governance”.
Contoh-contoh: citizen complaint online, Rapor camat/lurah oleh warga (SIP), monitoring program kerja Pemkot (Silakip), Perizinan Online (Hay.U), komunikasi aktif warga melalui akun Twitter tiap Dinas, dll.
Ridwan Kamil pun mengklarifikasi di salah satu komentarnya terkait pemberitaan negatif mengenai Bandung dibawah kepemimpinan dirinya.
“Di media sosial saya fokus memberitakan yang positif-positif untuk menyemangati warga tentang perubahan. Berita-berita positif ini biasanya jarang diliput media, berita-berita yang negatif biasanya sudah ada di media-media umum. Dan setiap kekurangan Bandung selalu menjadi pemicu untuk terus diperbaiki dan disempurnakan.” Tulisnya di halaman facebook Ridwan Kamil.
Bandung sebenarnya mewakili Indonesia di dunia Internasional sehingga tidak perlu diributkan dan dibandingkan dengan kota lainnya di Indonesia. Jika kota lain selain Bandung berprestasi itu menjadi nilai lebih bagi Indonesia.