Keren! Dosen UGM Perkenalkan Program Apoteker Cilik. Ketika di bangku sekolah dasar pasti seorang guru akan menanyakan cita-cita kepada para anak didiknya. Untuk profesi dibidang kesehatan, jarang seorang siswa menjawab ingin berprofesi sebagai Apoteker. Tentunya yang terbesit dipikiran anak-anak adalah profesi Dokter.
Hal ini dimungkinkan terjadi karena anak-anak lebih mengenal profesi Dokter dibanding Apoteker, adanya istilah Dokter Cilik salah satu alasan mengapa anak-anak lebih familiar dengan Dokter. Dokter cilik dengan pakaian serba putih lengkap dengan mainan stetoskop dan jarum suntik membuat profesi Dokter lebih dikenal sejak dini.
Dikutip dari situs resmi UGM.ac.id, seorang dosen Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, yang dibantu oleh rekannya Dr. rer.nat. Triana Hetriani, M.Si.,Apt dan Prof.Dr. Agung Endro Nugroho, M.Si.,Apt, berhasil mendapatkan hibah dari DIKTI untuk melakukan penelitian mengenai pentingnya memberikan pengetahuan terhadap anak-anak mengenai obat-obatan.
Zullies berinisiatif memberikan pengenalan tentang dunia kesehatan sejak kecil kepada anak-anak melalui program apoteker cilik. Zullies memulai dengan mengajak anak-anak di SD Luqmanul Hakim dan SDN Kentungan untuk mengenal obat-obatan, jajanan sehat dan obat tradisional melalui kegiatan ekstrakurikuler apoteker cilik.
“Masyarakat banyak yang belum mengenal apoteker. Melalui apoteker cilik ini kita berusaha untuk mengenalkan apoteker ke masyarakat. Jadi, apoteker itu bagian dari kesehatan dan kita ini satu tim,” kata Zullies, Senin (4/1).
Melalui ide apoteker cilik ini, Zullies ingin mensinergikan antara dokter kecil dengan apoteker cilik. Menurut Zullies selama ini informasi mengenai jajanan, narkoba dan jamu masih simpang siur. Terkadang masyarakat masih salah menafsirkan seperti apa jajanan tidak sehat itu, bagaimana bahaya narkoba dan bentuk jamu yang menyehatkan seperti apa. Melalui apoteker cilik ini diharapkan anak-anak dapat menjadi agen yang bisa meluruskan kesimpangsiuran itu.
“Masalah jajanan, narkoba, jamu, banyak informasi yang simpang siur. Harapannya, anak-anak dapat informasi yang jelas. Anak-anak jadi agen informasi,” urainya.
Dengan menggandeng PIOGAMA (Pelayanan Informasi Obat Gadjah Mada), Zullies dan tim mengadakan sosialisasi ini setiap hari seusai anak-anak pulang sekolah. Untuk lebih memudahkan pengajaran pengenalan mengenai obat-obatan ini, Zullies dan tim menggunakan 3 Maskot, antara lain Jeksi, Tabby dan Kapsi.
Jeksi berasal dari kata Injeksi memiliki bentuk mirip alat suntik berwarna hijau. Tabby berasal dari kata Tablet bertindak sebagai tokoh perempuan berwarna merah muda. Kapsi berasal dari kata Kapsul dengan warna merah menyerupai obat yang berbentuk kapsul. Melalui boneka maskot ini, Zullies dan tim mudah mengenalkan dunia apoteker pada anak-anak.
“Sasaran kami kelas 5 SD, karena kelas 6 sedang sibuk menyiapkan ujian sekolah, lalu kelas 4 ke bawah masih terlalu kecil. Namun, tidak menutup kemungkinan jika mereka berminat untuk bergabung dengan kita,” papar Zullies.
Selain dibantu oleh maskot-maskot yang dibuat oleh tim, Zullies juga membuat komik apoteker cilik. Harapannya, buku komik ini bisa disosialisasikan lebih jauh untuk anak-anak Indonesia. Dengan begitu, anak-anak bisa menjadi agen kesehatan