Tanggapan Tere Liye Setelah di Bully Netizen Karena Menulis tentang Sejarah. Beberapa hari ini penulis Novel yang memiliki nama sebenarnya Darwis Tere Liye menjadi perbincangan Netizen.
Hal ini dikarenakan status di akun facebook pribadinya yang menuliskan tentang pesan moral agar anak muda untuk membaca sejarah bangsa dengan baik dan mencari fakta orang komunis, pemikir sosialis, aktivis HAM, pendukung liberal bertarung hidup mati melawan serdadu Belanda, Inggris atau Jepang.
Reaksi Netizen pun bermunculan seperti berikut ini,
@DamarJuniarto 01/03/2016 20:23:15 WIB
Tere Liye itu potret generasi tuna sejarah dari bangsa yg lupa & dihilangkan sejarah masa lalunya bernama Indonesia
@SUEBorDadit 01/03/2016 23:53:08 WIB
Mungkin Tere Liye lupa kalau Bung Karno itu orang “kiri”. Dan banyak pahlawan yang orang sosialis dan komunis.
@johanesjonaz 02/03/2016 00:09:51 WIB
Seorg Tere Liye jg mengingatkan, seorg sosialis spt Tan Malaka tdk pernah berkontribusi pd kemerdekaan RI, oh dear!
@Herrreza 01/03/2016 22:49:04 WIB
kata Tere Liye orang kiri gak ada jasanya. Gue sedih. Jd ingat Tan Malak hrs jomblo sampai mati demi Republik
@andy_bud 01/03/2016 19:50:13 WIB
Ada orang yang karena terlalu banyak membaca jadi takut menulis. Saya menduga Tere Liye dari jenis sebaliknya.
@edukotor 02/03/2016 00:17:48 WIB
Tere Liye cuma menang suara sama anak2 alay yang keserempet ideologi sapi.
padahal cuma modal tulisan beraroma religio romantik doang.
@SUEBorDadit 01/03/2016 23:56:12 WIB
Mungkin Tere Liye pengen nyoba bikin buku fiksi sejarah. Makanya bikin statement aneh itu.
Dengan kejadian ini Tere Liye sebenarnya menjadi semakin populer, buktinya beberapa Neters pun mulai mengetahui bahwa nama Tere Liye itu sebenarnya Darwis dan bukan perempuan.
@Ajannaka 02/03/2016 01:08:37 WIB
Eh kaget pas tau dia cowok; Darwis Tere Liye. Akhir-akhir ini sempetin buka halaman Facebooknya. Dan beropini “Oh ini toh”
@Lilyk1308 02/03/2016 01:17:30 WIB
Dan ternyata bukan hanya aku yang ngira tere liye ini cewek, hampir setengah temen pondok ngirannya jg bgtu.
Menyadari statusnya yang viral, akhirnya bapa seorang anak bernama Abdullah Pasai dengan istri Riski Amalia ini mengklarifikasi apa yang ditulisnya pada 2 maret 2016.
Pertama-tama, saya minta maaf jika keriuhan media sosial hari ini membuat tidak nyaman semua orang.
Yang kedua, akan saya jelaskan poin dari status yang membuat banyak pihak tidak terima. Statusnya sbb:
“Indonesia itu merdeka, karena jasa-jasa tiada tara para pahlawan–yang sebagian besar diantara mereka adalah ulama-ulama besar, juga tokoh2 agama lain. Orang-orang religius, beragama.
Apakah ada orang komunis, pemikir sosialis, aktivis HAM, pendukung liberal, yang pernah bertarung hidup mati melawan serdadu Belanda, Inggris atau Jepang? Silahkan cari.
Anak muda, bacalah sejarah bangsa ini dengan baik. Jangan terlalu terpesona dengan paham-paham luar, seolah itu keren sekali; sementara sejarah dan kearifan bangsa sendiri dilupakan.”
Postingan ini kalau dibaca dengan baik, poin paling pentingnya adalah jangan melupakan peran ulama, tokoh2 agama lain sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan. Redaksionalnya memang jadi seperti menyerang jika dianggap menyerang. Tapi kalau semua orang mau jujur, terutama yang sangat keberatan dengan status ini, bukankah saat mereka membuat tulisan Tan Malaka, Sutan Sjahrir, dll, di media sosial masing2, mereka juga menafikan peran ulama, tokoh agama lain? Saat mereka membahas paham komunis, paham sosialis, seolah besar sekali dampak pemikiran tokoh2 paham ini dalam membentuk negara, melupakan peran pihak lain. Kemudian mereka tutup diskusi dengan juga menyuruh siapapun membaca buku sejarah jika tidak percaya? Saya simply hanya melakukan pola yang sama.
Saya tidak menulis: tidak ada komunis, dstnya. Yang saya tulis di sana, “silahkan cari”, dengan demikian, semoga orang tergerak untuk membaca sejarahnya secara seimbang. Dari ratusan tahun perjuangan kemerdekaan di Indonesia, daftar ulama, tokoh2 agama lain, juga sangat-sangat banyak, dan kita bisa sama-sama melihat posisinya lebih baik. Baru dua hari lalu saya pulang dari tanah kelahiran Tan Malaka, Sutan Sjahrir. Berdiskusi dengan orang2 setempat, mencoba belajar banyak hal. Sy tdk sedang menghilangkan peranan kelompok tertentu, atau sedang antipati, saya hanya berusaha menyeimbangkan pemahaman. Itulah kenapa, status tersebut di tutup dengan: Jangan terlalu terpesona dengan paham-paham luar, seolah itu keren sekali; sementara sejarah dan kearifan bangsa sendiri dilupakan.
Kurang lebih demikian.
Terkait ancaman boikot, tidak mau menjual buku dll, sy mau bilang apa jika ada yang berniat memboikot buku2 Tere Liye. Semoga besok lusa orang2 bisa saling memahami, kita semua bercita2 membuat negeri ini jauh lebih baik.
Dalam dunia pekerjaan ini selalu ada sisi lovers dan haters, oleh karenanya bidhuaners harus menyadari itu dan bagaimana caranya untuk mengatasi dengan gaya sendiri.