Kisah Inspiratif Apoteker Penemu Ibuprofen : Stewart Adams

0
8081
Source: Walgreens Boots Alliance
Source: Walgreens Boots Alliance

Kisah Inspiratif Apoteker Penemu Ibuprofen : Stewart Adams. Ibuprofen termasuk salah satu penjualan obat penghilang rasa sakit anti-inflamasi terlaris di dunia. Penemunya ternyata adalah seorang Apoteker, Stewart Adams yang saat ini berusia 92 tahun.

Pada 2015, Di Inggris Ibuprofen terjual rata-rata satu pak ibuprofen setiap 2,92 detik, angka penjualan untuk obat ini mencapai lebih dari £ 150m atau 2,8 Triliun Rupiah. Sayangnya belum ditemukan data untuk di Indonesia.

Dialah, Stewart Adams, apoteker ketua tim yang menemukan satu dari obat penghilang rasa sakit yang paling populer di dunia, namun prestasi yang mendunia ini tidak berpengaruh pada gaya hidupnya.

“Orang-orang berasumsi bahwa saya harus menjadi orang yang sangat kaya karena keberhasilan ibuprofen tapi saya dapat meyakinkan Anda bahwa baik John [Nicholson, mitra ilmiah Adams ‘] maupun saya tidak menerima imbalan keuangan bagi keberhasilan yang kita miliki,” kata Adams , sekarang 92 tahun, yang bekerja untuk perusahaan farmasi Boots UK selama 54 tahun.

Sejarah Penemuan Ibuprofen

“Ini dimulai pada tahun 1953. Pada hari-hari hanya ada dua obat di pasar yang memiliki efek pada rasa sakit karena peradangan yakni obat kortikosteroid dan aspirin dalam dosis tinggi,” Ujar Adams,

“Saya merasa bahwa steroid itu tidak cocok untuk penggunaan jangka panjang dan [mengambil] dosis tinggi aspirin, 12, 15, 18 tablet sehari, hal ini tidak akan dapat diterima bagi banyak pasien ” lanjut Adams.

Pada saat itu Adams terinspirasi dari literatur tentang aspirin,  “Aspirin sebenarnya diperkenalkan dalam pengobatan klinis sebagai antipiretik, putaran sekitar 1900,” katanya. “Sekitar 1950-an tidak ada yang melihat analog aspirin untuk efek anti-inflamasi.” sebutnya.

Dengan bantuan ahli kimia John Nicholson, Adams mulai bekerja untuk melakukan hal itu. “Kami memulai mencari aktivitas analog aspirin dan John membuat beberapa tapi kami tidak pernah menemukan sesuatu yang lebih baik daripada aspirin. Itu adalah kekecewaan besar pertama kami karena saya merasa bahwa ada kesempatan baik bahwa kita akan menemukan sesuatu yang lebih baik. ” Cerita Adams

Pasangan ini terus menguji potensi ratusan senyawa lain, dari satu uji klinis ke uji lainnya bahkan sempat dirilis ke pasaran, lagi dan lagi, tetapi mereka selalu menemukan senyawa yang tidak efektif atau efek samping yang tidak dapat diterima.

“Saya merasa tertekan pada lebih dari satu kali,” Adams kenang, “Tapi saya merasa bahwa, sekali kita mulai untuk mendapatkan senyawa aktif, ada sesuatu yang akan keluar dari itu.” lanjutnya

Keyakinan dia berbuahkan hasil. “Kami melakukan uji berikutnya dengan sedikit lebih berpikir, John menghasilkan beberapa senyawa yang lebih berbeda dan kami selesai dengan kelompok senyawa yang disebut propionics, yang sekarang terkenal sebagai obat anti-rematik. Tapi kami memiliki keuntungan dari generasi pertama, yakni ibuprofen, “ia menjelaskan.

“Itu bukan yang paling aktif dari senyawa yang kami temukan tapi, atas dasar pekerjaan yang kita akan lakukan, kami pikir itu mungkin yang terbaik ditoleransi dan itu salah satu poin penting yang kita cari . Dilanjutkan dengan uji klinis. Ternyata aktif dan baik ditoleransi dan dilanjutkan untuk uji coba lebih banyak. Kemudian, pada tahun 1969, 16 tahun setelah saya mulai, telah disetujui oleh otoritas kesehatan di Inggris sebagai obat untuk pengobatan penyakit rematik. “Mereka telah menemukan non-steroid obat anti-inflamasi baru (NSAID).” ceritanya

Adams telah mendapatkan beberapa penghargaan untuk penelitian, dengan gelar doktor kehormatan dari University of Nottingham, dan dua penghargaan dari Royal Society of Chemistry. Pada tahun 1987, Adams diangkat OBE untuk karyanya dalam mengembangkan ibuprofen. Pada 2013, Adams membuat Freeman Kehormatan Nottingham, kehormatan tertinggi dewan bisa memberikan. Jesse Boot, yang mendirikan The Boots Perusahaan, menerima kehormatan yang sama pada tahun 1920.

Banggalah menjadi seorang Apoteker yang bisa mempengaruhi untuk kebaikan dan manfaat diri sendiri, keluarga, masyarakat, Indonesia bahkan dunia.

Tulisan lengkapnya silahkan subscribe ke http://www.pharmaceutical-journal.com/careers/career-profile/the-man-who-discovered-ibuprofen/20200690.article

Dikutip dari The Pharmaceutical Journal The Pharmaceutical Journal 22 FEB 2016, By Julia Robinson.

BACA JUGA