Seorang Netizen beropini tentang “FAKTA DIBALIK POLEMIK FREEPORT, SERTA HARAPAN ANAK BANGSA” melalui akun facebook Sri Wahyuni. Menarik untuk disimak karena 25 butir analisisnya masuk diakal sehat.
DI akun facebooknya terlihat hampir semua postingannya mengkritik pemerintahan saat ini. Berikut adalah status yang dibuat pada tanggal 8 Desember 2015 yang mulai viral dan bisa dijadikan rujukan jika memang sependapat dengan opininya.
1. Yang meminta saham adalah MR, donatur Jokowi.
2. Saham yang akan diterima justru rencananya bakal jatuh ke tangan Jokowi-JK
3. Setnov bahkan tak mendapat sedikitpun saham.
4. Jika skandal ini berjalan mulus, tentu yang dapet saham Jokowi-JK.
5. Jika tak ada divestasi, maka Freeport wajib membangun smelter di Papua.
6. Kondisi seperti itu menyebabkan dilema di pihak Freeport, antara kehilangan saham atau kehilangan banyak biaya untuk membangun smelter.
7. Ada satu hal yang paling ditakuti oleh Freeport, yaitu opini publik yang menginginkan pemerintah menasionalisasi tambang emas Papua, itu artinya Freeport bangkrut karena tak ada lagi yang dieksploitasi.
8. Tapi semua kemungkinan tersebut bisa dihapus, asalkan opini publik dapat dialihkan.
9. Makanya Freeport merancang skenario skandal, untuk memecah opini publik.
10. Freeport mengadu dua kekuatan besar, yaitu parlemen dengan eksekutif.
11. Dengan begitu maka parlemen tak akan menyoroti pembangunan smelter, dan hasilnya smelter tak kunjung rampung.
12. Selama tak ada smelter, Freeport terus mengekspor konsentrat. Lumayan, jika hasilnya 2 ton emas, maka laporan yang mereka sampaikan ke pemerintah berupa 1 ton emas dan sisanya tembaga.
13. Dan keuntungan Freeport lainnya adalah hilangnya ambisi Jokowi dan JK untuk meminta saham Freeport.
Jadi Freeport tak kehilangan saham, itu artinya royalti yang dibayarkan tetap 3,75%. Makanya Freeport happy punya kaki tangan setia macam Sudirman Said, yang rela berjuang demi kepentingan Freeport.
14. Ujung-ujungnya smelter nggak jadi dibangun, saham tetap utuh dan kontrak diperpanjang. Jokowi amsyong, nggak dapet apa-apa.
15. Lebih apes nasib Setya Novanto, difitnah sebagai broker. Padahal dia cuma mau mendesak Freeport untuk segera merampungkan smelter di Gresik dengan Papua.
16. Yang broker itu Riza Chalid, khan dia yang minta saham untuk Jokowi-JK.
17. Paling parah nasib rakyat, udah dihajar dengan kebijakan ekonomi ngawur, terjepit krisis ekonomi, kebutuhan hidup mahal, gaji naik tapi tak sebanding dengan angka kebutuhan hidup layak.
18. Udah gitu, rakyat cuma disuruh nonton Freeport ngeruk emas. Hasilnya dibuat memperkuat ekonomi AS.
19. Begitulah bila ego dan gengsi menjadi kiblat pemerintahan yang terbentuk melalui kecurangan dan pencitraan palsu. Kinerja nol besar, tapi bacotnya kebanyakan sesumbar.
20. Ngomong-ngomong soal kecurangan, jelas itu yang membuat posisi Jokowi lemah. Kalo sampai kontrak Freeport tak diperpanjang, maka kecurangan pilpres bakal dibocorkan oleh AS. Itu artinya ancaman bagi kekuasaan Jokowi.
21. Njelimet, rumit dan penuh intrik. Begitulah dunia politik. Kondisi seperti ini tentunya membuat Jokowi lebih mengutamakan untuk mengamankan jabatannya.
Maklum, jabatan itu hasil dari high cost politics, emangnya proyek pencitraan cukup dibiayai dengan modal 1-2 milyar rupiah.?
Apalagi saat ini belum balik modal, bisa bangkrut dah PDIP dan Nasdem.
22. Seharusnya pemerintah dan parlemen menyadari bahwa musuh utama kita saat ini adalah penjajahan ekonomi oleh Freeport. Jadi seharusnya semua elemen bangsa bersatu menolak perpanjangan kontrak Freeport, meskipun harus beresiko menghadapi intervensi militer dari AS.
23. Inilah sebabnya para elit politik senior kita memilih menahan diri dari kancah FreeportGate. Mereka mengedepankan persatuan serta menghidarkan rakyat dari potensi meletusnya perang saudara
24. Tapi masih ada kesempatan bagi kita memperbaiki kondisi ibu pertiwi ini, dengan cara mengedepankan penegakkan kedaulatan. Tak ada kompromi atas masalah Freeport.
25. Rakyat kini mengharapkan ketegasan pemerintah, untuk mengamankan kekayaan alam kita. Membangun kemandiriaan dalam mengelola suberdaya alam