Bukan PSMS Melainkan PS TNI Menjadi Persiram Raja Ampat, Lalu PS POLRI? Sepakbola di tanah air kembali berdenyut ketika BOPI memberikan lampu hijau untuk digelarnya Indonesian Soccer Competition 2016 (ISC 2016) 16 April Mendatang.
Sebelumnya PS TNI yang mayoritas pemain PSMS Medan digadang-gadang sebagai representatif dari klub kebanggaan kota Medan ini. Namun ternyata PT Arka Gega Magna (AGM) yang mensponsori PS TNI di sejumlah turnamen telah mengakusisi kepemilikan Persiram senilai Rp17 miliar.
“Perseroan telah menerima seluruh uang pembayaran sehubungan dengan penjualan klub berdasarkan perjanjian yang jumlah seluruhnya yaitu sebesar Rp17 miliar sesuai dengan waktu/tanggal, jumlah, dan mekanisme yang telah ditentukan berdasarkan perjanjian,” demikian pernyataan Selviana, direktur utama PT Persiram Makmur Madani dikutip dari goal.com.
PT Arka Gega Magna (AGM) ini dimiliki oleh Hartono Susanteo yang juga CEO PT Sappe Indonesia, perusahaan distributor minuman ringan Mogu Mogu.
Tentunya hal ini akan sedikit membuat geram kubu Arema Cronus yang sebenarnya tidak menyetujui pemain mudanya, Ahmad Nufiandani berbaju klub lain terkecuali memperkuat PS TNI.
“Saya sudah berkomunikasi dengan PS TNI dan Dani (sapaan Ahmad Nufiandani) Tapi, tenaganya masih diperlukan di sana (PS TNI),” ujar General Manager Arema Cronus, Ruddy Widodo dikuti dari ongisnade.co.id Februari silam.
Pemain 20 tahun itu juga tidak bisa menegaskan mengenai statusnya saat ini. Dani mengaku pasrah karena posisinya kini tidak mudah. Di satu sisi, dirinya seorang prajurit TNI yang harus tunduk pada perintah atasan, sedangkan sebagai pemain profesional, dirinya merupakan pemain Arema yang masih memiliki kontrak hingga dua tahun ke depan.
“Biar atasan saja yang memutuskan. Saya ikut saja diperintahkan apa dan ke mana,” jelas Dani, seperti dilansir Bola.com.
Akan menjadi masalah baru bagi klub-klub profesional lainnya ketika PS TNI kali ini menjadi klub profesional Persiram Raja Ampat. Sebutlah Ravi Murdiantoro, Manahati Lestusen, Wawan Febriyanto, dan lainnya.
Apakah langkah ini juga akan diikuti PS Polri dengan mengakuisisi Surabaya United karena kebanyakan para pemain PS Polri adalah pemain Surabaya United? Itulah anehnya sepakbola di Indonesia, muatan politis selalu hadir di sepakbola profesional Indonesia.