Obat Tidak Akan Efektif Sembuhkan Penyakit Karena 4 Hal Ini

0
5190
apoteker

Obat Tidak Akan Efektif Sembuhkan Penyakit Karena 4 Hal Ini. Ketika obat dalam sebuah resep dokter telah berada di pasien dan telah melalui penjelasan dari Apoteker, maka perilaku dan keadaan pasien sendiri akan mempengaruhi kesembuhannya.

Ada 4 hal yang sering terjadi yang dapat menimbulkan kegagalan terapi yang efektif seperti dilansir pharmacytimes.com yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia.

1. Pasien tidak memakai obat persis seperti yang diarahkan.

Pada umumnya pasien akan mengerti dan patuh terhadap arahan dari Apoteker dalam cara menggunakan obatnya, termasuk memahami dosis, waktu pemberian, dan efek samping. Tetapi terkadang pasien melewatkan atau melupakan dosis dan juga tidak memahami konsekuensi kesehatan akibat ketidakpatuhan dalam penggunaan obatnya.

Data di negara maju seperti di Amerika memperlihatkan bahwa hampir tiga perempat dari orang Amerika dilaporkan tidak selalu minum obat seperti yang diarahkan, meskipun mereka tahu bagaimana seharusnya. Tercatat 125.000 kematian di Amerika Serikat setiap tahun yang diduga karena kelalaian dalam kepatuhan obat, biaya kesehatan pun menjadi meningkat.

Di Indonesia sendiri, faktor kepanikan karena penyakit yang dideritanya terkadang lupa atau merasa ingin cepat sembuh dengan mengabaikan arahan yang diberikan. Selain itu, penjelasan secara tidak langsung kepada orang yang mengantarkannya atau orang tua, terkadang timbul kesalahan presepsi penggunaan obatnya.

2. Konsumsi obat atau makanan lainnya yang menimbulkan interaksi

Di luar masalah kepatuhan penggunaan, obat-obatan juga bisa berinteraksi dengan obat lain yang diresepkan, vitamin, atau suplemen bahkan makanan. Apoteker di apotek seharusnya bisa membantu menjelaskan kepada pasien untuk lebih membaca label obat untuk menghindari masalah ini.

Ada hubungan yang dinamis antara makanan yang kita makan dan obat-obatan yang kita ambil. Banyak makanan secara substansial dapat mengganggu tujuan terapeutik dan mengubah penyerapan obat ke dalam aliran darah.

Misalnya,pada tinggi lemak, makanan tinggi kolesterol bisa secara signifikan mengurangi efek angiotensin-converting enzyme inhibitor seperti enalapril, serta statin dan beberapa obat kolesterol lainnya.

Pasien mungkin tidak menyadari bahwa jika makanan sehat pula dapat memiliki konsekuensi parah ketika mereka mengkonsumsi secara bersamaan dengan obat-obatan tertentu. [Baca: Hindari 4 Minuman ini Setelah Konsumsi Obat]

Sebagai ahli obat, apoteker harus jelas mengkomunikasikan resiko kemungkinan interaksi makanan-obat untuk obat resep dan obat OTC.

Contoh interaksi makanan-obat yang berpotensi berbahaya meliputi:

· Kaya kalsium makanan + antibiotik
· makanan hasil fermentasi + monoamine oxidase inhibitors
· Vitamin makanan kaya K + warfarin
· Jeruk bali dan jus jeruk + statin

3. Kebiasaan gaya hidup seorang pasien dapat mengganggu obat-obatan.

Faktor gaya hidup negatif seperti kelebihan berat badan, merokok, aktivitas fisik, dan pesta minuman keras dapat mempengaruhi kesehatan pasien minum obat tertentu.

Dengan merokok, misalnya, paling konsisten diamati pengaruh rokok pada metabolisme obat adalah peningkatan clearance obat substrat dari CYP1A2, yang meliputi clozapine, fluvoxamine, olanzapine, tacrine, dan teofilin.

Sementara itu, asupan alkohol dapat memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang pada pasien dengan diabetes, termasuk interaksi dengan obat diabetes dan memburuknya komplikasi yang sudah ada sebelumnya.

Misalnya, pencampuran insulin dan hipoglikemik oral dengan alkohol dapat meningkatkan risiko reaksi hipoglikemik, sementara pencampuran metformin dengan penggunaan alkohol kronis dapat mempengaruhi pasien dengan asidosis laktat.

4. Seorang pasien mungkin memiliki kondisi komorbiditas

Sekitar 50% dari semua pasien dengan kondisi kronis memiliki komorbiditas (penampilan bersamaan dari dua penyakit atau lebih/komplikasi penyakit).

Saat ini perawatan kesehatan berbasis pada pengurangan atau penyederhanaan obat resep untuk terapi beberapa penyakit masih jarang dilakukan.

Untuk menghindari polifarmasi, apoteker harus meninjau rejimen obat dengan hati-hati dan memberikan tanda atau label yang jelas untuk interaksi obat, dan dosis penyimpangan dari setiap obatnya.

[Baca juga: Seorang Apoteker Diduga Mencoba Meracuni Asisten Pujaan Hatinya di Apotek]

BACA JUGA