Berikut adalah 6 fakta yang harus diketahui tenaga kesehatan terutama Apoteker dan Dokter
1. Wanita hamil harus ditanyakan riwayat perjalanan terakhirnya
Mereka yang telah melakukan perjalanan di mana virus Zika beredar, dan menunjukkan 2 atau lebih gejala yang berkaitan dengan infeksi selama atau dalam waktu 2 minggu perjalanan, atau memiliki ultrasound yang mengarah ke microcephaly janin, semua gejala ini harus diuji lebih detil.
Karena tidak ada tes yang tersedia secara komersial, pasien harus dirujuk melalui CDC atau departemen kesehatan negara, saat ini di Indonesia bisa di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta.
2. Para tenaga kesehatan harus mengikuti algoritma CDC atau SOP untuk menentukan langkah-langkah yang tepat untuk ibu hamil yang telah melakukan perjalanan ke suatu daerah terkena virus Zika.
3. Hanya 1 dari 5 pasien yang terinfeksi dengan virus Zika akan menimbulkan gejala.
Selain demam, ruam, arthralgia, atau konjungtivitis bernanah, beberapa pasien mungkin mengembangkan sindrom Guillain-Barré setelah infeksi.
4. Karena tidak ada pengobatan antivirus untuk penyakit virus Zika, apoteker dapat membantu dengan merekomendasikan pilihan pengobatan OTC.
Perawatan mungkin termasuk istirahat, cairan, dan penggunaan analgesik dan antipiretik, menurut CDC.
Acetaminophen/parasetamol dapat digunakan untuk mengobati demam, sedangkan aspirin dan obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya tidak boleh digunakan, terutama karena risiko untuk perdarahan jika penyakit ternyata dengue.
5. Wanita hamil dengan bukti Zika ditemukan dalam serum atau cairan ketuban harus dipantau secara teratur.
ultrasound Serial dapat dilakukan untuk mengetahui anatomi janin pemantauan setiap 3 sampai 4 minggu.
Pasien dianjurkan untuk mencari bantuan tenaga ahli atau dokter sub-spesialis kandungan atau spesialis penyakit menular dengan keahlian dalam manajemen kehamilan.
6. Pengujian virus Zika tidak 100% dapat diandalkan.
William Schaffner, ketua pengobatan pencegahan di Vanderbilt University, mengatakan kepada The New York Times bahwa beberapa tes kembali menghasilkan positif palsu, sementara yang lain tidak efektif dalam menentukan hasil sampai akhir kehamilan.
Dengan demikian sampai saat ini penyakit ini bisa disimpulkan belum ada penawarnya. Tindakan pencegahan adalah hal yang harus dilakukan saat ini.