Kali ini tempat yang saya datangi adalah Klinik Spesialis Mata (Eye Clinic). Pertama kalinya merasakan musim dingin membuat mata saya terasa lain dengan gejala sedikit merah, perih, dan lainnya.
Untuk hanya membeli obat tetes, kita harus memperoleh resep dari dokter. Tentunya bukan dari dokter umum, oleh karenanya harus pergi ke dokter spesialis mata. Berikut adalah sharing pengalaman ketika berkunjung ke klinik spesialis mata di Jepang.
1. Tempat Praktek dan Apotek Berdekatan
Seperti halnya lokasi Klinik Umum di Jepang, hanya sekitar 50m lokasi RS. Khusus Mata berdekatan dengan Apoteknya.
2. Registrasi
Seperti halnya di Indonesia, kita perlu registrasi atau mendaftar sebelum diperiksa. Bedanya disini langsung ditanya kartu asuransi kesehatannya, tak lama kemudian akan diberikan kartu anggota yang bisa digunakan ketika datang kembali. Barcode yang tertera bisa digunakan untuk melacak data medis kita kelak.
3. Mengisi Kuesioner Medis
Selanjutnya adalah mengisi kuesioner medis yang berisi pertanyaan mengenai gejala umum yang dirasakan, waktu mulai terkena gejala, pengobatan sebelumnya dan pertanyaan lainnya yang berkorelasi dengan maksud dan tujuan kedatangan untuk diperiksa saat itu.
4. Diberikan nomor antrian
Klinik yang memiliki 3 lantai ini menggunakan sistem komputerisasi yang sebetulnya bisa diterapkan di klinik kecil di kita. Sistem barcode memudahkan komunikasi di antara bagiannya. Setelah dari bagian registrasi awal, kemudian menyerahkan nomor registrasi ke bagian registrasi pemeriksaan.
5. Pemeriksaan General Check Up
Ini yang membuat pemeriksaan oleh dokter spesialis nantinya menjadi sedikit lebih mudah. Data hasil pemeriksaan umum yang berupa kondisi mata kita saat ini diberikan secara online ke komputer dokternya. Nomor registrasi adalah hal penting disini untuk nantinya diperiksa dokternya.
6. Pemeriksaan Utama
Akhirnya saatnya masuk ke ruang pemeriksaan utama. Sayang tidak sempat mengabadikan ruang dokternya. Ada alat khusus seperti mikroskop mata yang dengan sekejap dokter menggunakannya untuk menganalisis apa yang terjadi pada mata kita. Kemudian langsung berkomunikasi dengan kemampuan bahasa inggris yang seadanya kemudian memberikan resep elektronik. Tidak ada pulpen di mejanya, ada 2 meja, satu meja tempat screen besar yang bisa menggunakan pulpen elektronik layaknya ipad untuk menuliskan resepnya. Meja satu lagi adalah meja konsultasi.
7. Penyerahan Resep dan Pembayaran
Selesai diperiksa, resep kemudian di print dan saatnya membayar yang hanya 30%, Total yang dibayarkan dari pemeriksaan ini ¥2.260 atau Rp. 230.000 hanya untuk pemeriksaan jika tanpa Asuransi Kesehatan adalah ¥4.000 atau senilai Rp. 410.000. Sistem asuransi yang tidak berbelit dan langsung diklaim tanpa syarat.
8. Penebusan obat di Apotek
Obat hanya diberikan di Apotek dengan pengawasan Apoteker. Itulah faktanya terjadi di Jepang, saatnya di Indonesia menerapkan hal ini sepenuhnya agar pengawasan dan pendistribusian obat hanya dipercayakan kepada Apoteker.
9. Apoteker Menjelaskan Pemakaian Obat
Apoteker tampil di depan untuk menjelaskan penggunaan obatnya. Tak lupa dari apotek juga diberikan buku catatan medis, jadi setiap pergi untuk membeli obat ke apotek , buku ini diserahkan ke Apoteker sebagai bahan pendukung untuk penjelasan penggunaan obatnya.
jangan lupa like fan page facebook bidhuan dan follow twitternya ya :)