Ini Alasan Mengapa Apoteker Kalah Pamor dari Dokter

0
23598
dokter apoteker

Ini Alasan Mengapa Apoteker Kalah Pamor dari Dokter. Jika bidhuaners mencoba menanyakan apa dan siapa itu Apoteker ke setiap orang, maka tidak semua orang akan tahu siapa sebenarnya Apoteker. Lain halnya ketika ditanyakan mengenai profesi Dokter.

Sebuah tulisan yang menarik redaksi bidhuan muncul dari blog pribadi seorang Apoteker yang membahas mengapa saat ini Profesi Apoteker masih ada yang tidak mengenalnya.

Dialah Dody Arunia, Apoteker lulusan Universitas Muhamadiyah Prof DR Hamka tahun 2013 yang kini bekerja di PT. Mensa binasukses, salah satu distributor obat dan alat kesehatan di Tangerang. Berikut adalah tulisannya

Kami mengerti apa yang anda rasakan. Profesi ini memang tidak setenar dokter ataupun perawat, jumlah kami pun lebih sedikit dibanding dokter dan perawat.

Secara undang-undang Apoteker itu adalah Sarjana Farmasi yang telah menjalani pendidikan Profesi dan telah disumpah. Ya profesi ini tidak main-main, kami disumpah, tanggung jawab kami lebih besar.

Bagi kebanyakan orang, profesi apoteker dipersempit hanya sekedar seorang yang ada di Apotek atau Rumah sakit yang melayani resep yang diberikan dokter kepada pasien, padahal tidak seperti itu, sangat banyak pekerjaan dari apoteker yang bisa digarap. Apoteker dapat berkerja di bidang penelitian, pengembangan, pendistribusian skala besar dan skala kecil, pelayanan, marketing, registrasi, produksi obat dan masih banyak lagi.

Mengapa Apoteker kalah pamor dengan Dokter?

Jawabannya sederhana, kultur. Ilmu kedokteran masuk ke Indonesia lebih dahulu dibandingkan dengan Ilmu Kefarmasian. Banyak lingkup yang harusnya dikerjakan oleh Apoteker tapi pada kenyataannya masih dilakukan oleh dokter. Contoh sederhananya adalah pemilihan obat, ketika ada pasien, dokter akan menuliskan resep yang berisi nama obat di resepnya. Di beberapa negara maju, yang ditulis dokter di lembar resep adalah diagnosa, sedangkan pemilihan obat ada di tangan apoteker. Ya di apoteker, karena apoteker lah yang belajar mendalam tentang obat.

Ada beberapa yang menurut saya merupakan kesalahan di kurikulum pendidikan Farmasi, kami terlalu diajarkan eksakta, segi manajemen wirausaha kurang diberikan di pendidikan Sarjana, padahal hal itu sangat penting melihat peluang bisnis untuk profesi apoteker. Contohnya dengan membuka Apotek, Pedagang Besar Farmasi dan lainnya.

Di Indonesia, kami para Apoteker sedang berjuang untuk profesi kami, tujuannya agar Apoteker bisa lebih berperan dalam pembangunan kesehatan. Karena kami lebih sering dianggap sebagai liabilitas ketimbang aset, padahal kami mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki oleh oleh profesi lain. Semoga kedepannya apoteker bisa lebih berkembang dan terus berkembang.

Pria yang juga seorang dosen Stikes di Tangerang ini memiliki alasan khusus mengapa rajin menulis diblog pribadinya.

“Menulis hanya untuk menyalurkan isi kepala yang kadang susah disampaikan lewat ucapan” Ujar dody ketika dihubungi bidhuan.

Dody juga memiliki pesan untuk para farmasis di tanah air untuk terus mendukung profesinya.

“Pesan buat kalangan farmasis tetep istiqomah menjalankan profesinya, walau sistem belum sempurna tapi harus tetap didukung untuk kemajuan bersama” tutup Dody.

BACA JUGA