Pemangkasan anggaran untuk Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) menjadi Rp 40 miliar berimbas terhadap program beasiswa Dikti baik dalam negeri maupun luar negeri yang dikenal dengan BPPLN dan BPPDN. Terutama yang saat ini berada di luar negeri mulai goyah setelah munculnya pemberitaan di media massa.
Beasiswa Dikti Akan Dihapuskan Karyasiswa yang Sedang Studi Mulai Bimbang seperti dikutip dari harian online REPUBLIKA.CO.ID,
“Dana Beasiswa Dikti Dicabut, Para Dosen Terancam Gagal Jadi Doktor”
MALANG — Minimnya anggaran APBN 2016 untuk Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) yang hanya dialokasikan sekitar Rp 40 miliar berdampak terhadap pencairan beasiswa.
Imbasnya, beberapa dosen PTN dan PTS di Kota Malang yang sedang melanjutkan studi S3 di luar negeri terancam dipulangkan. Lantaran tidak lagi menerima kucuran dana beasiswa per 2016 mendatang.
“Baru saja saya sampaikan kepada dekan-dekan fakuktas untuk proaktif mencari dan segera melaporkan jika dosen kita ada yang mengalami hal ini,” kata Rektor Universitas Negeri Malang (UM) Prof Dr AH Rofi’udin, Rabu (11/11).
Ia mengaku kelimpungan mencarikan jalan keluar atas permasalahan pencabutan biaya kuliah dari Kemenristek Dikti untuk dosen-dosen yang sedang menempuh S3 di luar negeri.
Sebab, di UM tercatat sudah tiga nama dosen yang dipastikan tidak lagi mendapat biaya kuliah doktor. Jumlah itu pun diperkirakan dapat bertambah karena jumlah total dosen UM yang sedang menempuh doktor mencapai 100 orang.
Dia memastikan bahwa universitas akan bersedia membantu. Namun, belum bisa dipastikan bantuan berbentuk materi, fasilitas atau lain sebagainya. Selain itu, bantuan tersebut belum dapat ditentukan akan bersifat hibah ataupun pinjaman.
“Kami terus rapatkan bagaimana solusi terbaik,” tambahnya.
Prinsipnya, Rofi’udin ingin seluruh dosen disana dapat lulus dengan baik. Sehingga ia berusaha terus menjalin koordinasi dengan dekan dan fakultas agar dosen dalam situasi seperti ini tetap fokus dalam proses perkuliahan.
Sebelumnya, Wakil ketua Komisi X DPR RI, Ridwan Hisjam menceritakan salah satu korban dari ketetapan ini adalah Ani Suryani yang merupakan dosen Universitas Negeri Malang (UM). Saat ini, Ani Sedang menempuh pendidikan doktor di Australia.
Ridwan mengatakan dampak negatif dari minimnya anggaran sudah terasa dipenghujung tahun 2015 ini. Sebab, beberapa surat edaran resmi Dikti terkait pemungkasan dana telah dikirimkan kepada mahasiswa S3 di luar negeri.
Padahal dalam lokakarya pra-keberangkatan Beasiswa Luar Negeri Dikti tahun 2015 Gelombang 2 beberapa bulan yang lalu, pihak Dikti telah menjelaskan dimana terjadi penurunan kuota dari 800 orang menjadi 200 orang untuk tahun ini. Untuk tahun depan memang direncanakan akan dihapus dan akan satu sumber yakni dari Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP).
“Memang pas lokakarya pra keberangkatan disampaikan, bahwa beasiswa akan dibuat satu sumber saja. Tahun lalu kuota Dikti 800 orang, tahun ini hanya 200 orang, tahun depan katanya beasiswa dikti dihapus. Semuanya akan dipindah ke lpdp. Cuma untuk teknisnya sepertinya akan memakan waktu, siap2 aja delay transfered.” Ujar salah seorang penerima beasiswa luar negeri yang tidak ingin disebutkan namanya
Beberapa komentar dari salah satu grup facebook karyasiswa mengungkapkan berbagai keluh kesah dan kebimbangan akan hal ini.
“Mari kita tunggu rilis resmi agar pasti. Ada kabar lain bahwa mulai 1 Januari 2016 semua beasiswa dalam dan luar negeri DIKTI akan diambil alih ke LPDP. Kita lihat kebijakan apa yg benar2 akan terjadi. Banyak berdoa dan menghemat tentu harus dilakukan. Semangat temans”
“Tenang kawan, semua terkendali… ada teman2 kita di PKDLN, lagian isu ini sebenarnya bwt perpanjangan…” ujar beberapa akun facebook penerima beasiswa luar negeri.