Hampir seluruh pencinta sepakbola nasional merasa lega dengan islah nya The Jak Mania dan Viking Fans Club dengan ditandai penandatangan pernyataan damai antar kedua suporter yang diwakili masing-masing ketua umumnya di Mapolres Bogor bulan April lalu.
Namun, tak sedikit yang meragukan keampuhan dari perjanjian ini. Terbukti, kemarin terjadi kembali penyerangan baik oleh oknum The Jak maupun serangan balasan oleh oknum bobotoh. Tulisan kali ini mengulas sedikit mengenai alasan mengapa kedua suporter ini sulit berdamai.
1. Faktor sejarah
Sejarah permusuhan antara The Jak dan Viking dapat dibaca dengan lengkap di situs simamaung.com. Viking sebagai kelompok suporter Persib terbesar, resmi berdiri pada tahun 1993. Kemudian di tahun 1997 kelompok superter persija mendirikan The Jakmania yang awalnya bernama Persija Fans Club. Gesekan sering terjadi diantara keduanya, puncaknya gesekan terjadi pada tahun 2001 di kuis siapa berani yang pada waktu itu sedang naik daun.
Kuis dengan edisi admirer sepak bola. Menghadirkan Viking, the jak, Pasoepati (Solo), Aremania, dan ASI (Asosiasi Suporter Indonesia). Pemenangnya, Viking. Perwakilan Norse berhasil melewati babak incentive dan berhak atas uang tunai 10 juta rupiah. Namun, suporter Viking dilaporkan luka-luka akibat dihajar suporter Persija. Mereka memukuli suporter Viking dengan berbagai macam pentungan, mulai dari pemukul baseball sampai pemukul dari besi (lengkapnya). Setelah kejadian ini beberapa kejadian lainnya sering terjadi dan lukanya membekas di para suporternya sampai saat ini.
2. Generasi ke generasi
Baik suporter The Jak maupun Viking terdiri dari berbagai kalangan umur. Dari dewasa, remaja sampai anak-anak. Orang tua yang fanatik terhadap klubnya bisa dipastikan anak-anaknya pun akan menjadi suporter sejati seperti orang tuanya. Selain itu, dalam kasus penyerangan antar suporter tak jarang para remaja bahkan anak-anak terlibat di dalamnya. Hal inilah yang menyebabkan permusuhan ditularkan dari generasi ke generasi berikutnya dan bertahan sampai sekarang.
3. Perang media sosial
Lain dulu lain sekarang, dulu belum ada media sosial untuk berinteraksi antar suporternya, walau belum ada pembuktian bahwa media sosial berpengaruh menciptakan atau memperkeruh permusuhan tapi beberapa kasus terakhir membuat kedua belah pihak berselisih di dunia maya.
4. Atribut anti perdamaian
Tak dapat dipungkiri dengan kehadiran beberapa atribut yang menyulut kebencian diantaranya. Baik berupa syal maupun baju dan atribut lainnya. Celakanya masing-masing suporter merasa bangga menggunakannya. Mereka bangga karena merasa membela dan berempati terhadap rekan-rekannya yang menjadi korban penyerangan.
5. Balas dendam
Darah dibalas darah, itu yang masih tertancap di jiwa sebagian suporternya. Hal yang lumrah bagi seorang manusia yang berempati terhadap kerabat dekatnya, apalagi sesama suporter mereka sudah menganggap keluarga besar. Selain itu, balas membalas selalu terjadi, karena masing-masing pihak merasa harga dirinya sebagai suporter kedua klub terinjak-injak.
Opini :
Tidak seperti membalikan telapak tangan untuk membuat seluruh suporter The Jak dan Viking berdamai seutuhnya. Perlu dicarikan solusi yang tepat baik dari pihak suporter, manajemen klub, kepolisian, dan masyarakat. Wahai para oknum kedua bilah pihak, sadarlah bahwa perbuatan anda hanya membawa dampak negatif tidak ada manfaatnya.
Pertanyaan selanjutnya, kapankah seluruh suporter kedua belah pihak ini memiliki jiwa besar?
KUTUNYAmenerbitkan sebuah catatan.Awal Mula Permusuhan The Jak dan Vikingjak-vs-vikingIni adalah hasil copy dari pengalaman orang, baca sendiri ya…Perseteruan antar suporter Persija dan Persib sudah berlangsung lama, tepatnya sejak tahun 2000 yaitu bertepatan dengan Liga Indonesia 6 berlangsung. Di putaran 1 sekitar 6 buah bis suporter Persib datang ke Lebak Bulus dan masuk ke Tribun Timur. Dan terdiri dari banyak unit suporter seperti Balad Persib, Jurig, Stone Lovers, ABCD, Viking dll. Saat itu yang terbesar masih Balad Persib. Meski sempat nyaris terjadi gesekan dengan the Jakmania, tapi alhamdulilah tidak terjadi bentrokan yang lebih luas. Justru kita suporter Persib bergerak ke arah the Jakmania tuk berjabat tangan. Gw ingetbanget yel-yel kita waktu itu : “ABCD … Anak Bandung Cinta Damai”. Selesai pertandingan suporter Persib juga didampingi the Jakmania menuju bus. Dan The Jakmania mengikuti dengan menyanyikan lagu Halo Halo Bandung.Penerimaan the Jakmania membuat kita (Viking) berniat tuk mengundang datang ke Bandung saat putaran 2. Dialog berlangsung lancar karena seorang Pengurus the Jakmania yang bernama Erwan rajin ke Bandung tuk bikin kaos. Hubungan Erwan dengan Ayi Beutik juga konon akrab banget sampe2 Erwan pernah cerita kalo dia suka sama adiknya Ayi Beutik. Melalui Erwan jugalah Viking menyatakan keinginannya tuk mengundang dan menyambut the Jakmania di Bandung meski kita sendiri masih khawatir dengan sikap bobotoh yang lain.The Jakmania saat itu belum sebesar sekarang. Yang nonton di Lebak Bulus aja cuma di sisi Selatan tribun Timur. Jadi bersebelahan denganViking. Nah ajakan Viking itu langsung ditanggapi oleh the Jakmania yg memang sudah punya niat jg tuk melakoni partai tandang. Dibentuklah kemudian perencanaan, salah satunya dengan mengutus Sekum dan Bendahara Umum the Jakmania saat itu yaitu Sdr Faisal dan Sdr Danang. Mereka ditugaskan tuk melobi Panpel Persib dari mulai masalah tiket hingga tribun the Jakmania. Kebetulan Danang lagi kuliah di Bandung sehingga tempat kosnya jadi tempat kumpulnya the Jakers disana.Karena The Jakmania belum berpengalaman mengkoordinasikan anggota tuk nonton tandang. Justru yang menjadi masalah justru bukan di koordinator kepada Panpel Persib tapi di anggota The Jakmania itu sendiri. Banyak anggota yang bandel daftar pada hari H nya. Jumlah yang tadinya cuma 400 orang berkembang menjadi 1000 orang lebih! Bayangin gimana repotnya Pengurus The Jakmania nyari bis tuk ngangkut segitu banyak orang. Akibatnya The Jakmania berangkat baru jam 12 siang! Itu juga terpecah menjadi 3 rombongan. Satu bis berangkat lebih dulu karena akan ganti ban. Disusul 4 bus kemudian. Dan terakhir berangkat dengan 4 bus tambahan.Keberangkatan The Jakmania sendiri juga masih diliputi keraguan apakah dapat tiket atau tidak. Tim Advance yang diutus mendapatkan kesulitan mencari tiket. 4 hari sebelum pertandingan terjadi kerusuhan di stadion Siliwangi akibat distribusi tiket yang kurang lancar. Ada seorang Vikers yang menganjurkan the Jak tuk hadir di acara khusus pertemuan tim dengan suporternya. Faisal, Danang dan Budi ambil keputusan tuk hadir di acara itu. Disana mereka sempat bertemu Walikota Bandung, Kapolres, Ketua Panpel dan Ketua Keamanan. Mereka semua menjamin bahwa the Jakmania akan bisa masuk dan tiket akan disiapkan khusus. Paling tidak itulah info yang gw dapet dari tim Advance The Jakmania.1 bis pertama tiba di Stadion Siliwangi. Viking siap menyambut dan mempersilahkan masuk kestadion, padahal tiket belum di tangan. Sayang hal yang dikhawatirkan Viking terbukti. Perlahan tapi makin lama makin banyak datanglah bobotoh nyamperin the Jak dengan sikap yang tidak simpatik. Melihat gelagat burukini Viking minta the Jak tuk keluar dulu ke stadion sambil menunggu rombongan berikut. Sembari menunggu, gw dan beberapa rekan dariThe Jakmania ada yang melaksanakan sholat ashar dulu. Ketika selesai sholat, mulailah terjadi hal2 yang tidak diinginkan. Rekan2 kita dari the Jakmania mendapatkan pukulan disanasini dengan menggunakan kayu. Salah satunya tersungkur berlumuran darah yang keluar dari kepalanya. Melihat situasi ini the Jakmania kembali diungsikan menjauh dari stadion.Rombongan besar 8 buah bis akhirnya tiba juga.Tapi karena terlambat, stadion Siliwangi sudah penuh sesak. Lagipula kita tetap tidak berhasil mendapatkan tiket. Panpel memang kelihatan salah tingkah dan berusaha mengumpulkan daricalo2 yang masih beredar di sekitar stadion, namun jumlahnya juga tidak memadai hanya 300 lembar. Sementara bobotoh yang masih berada di luar juga mulai melakukan serangan terhadap the Jakmania. Gw sempet coba menenangkan dan cekcok dengan seorang rekan bobotoh yang ngambil dengan paksa kacamata anggota The Jakmania. Bobotoh itu bilang kalo dia kesal sama anak Jakarta karena mereka juga diperlakukan dengan tidak simpatikdi Jakarta ketika menyaksikan pertandingan Persijatim vs Persib di Lebak Bulus. Bobotoh tidak mau tau kalo Persijatim tu beda dengan Persija. Seingat gw kejadian ini sempat direkam foto oleh wartawan dari Tabloid GO dan terpampang jelas esoknya di media tersebut.Gw lalu ngambil inisiatif tuk nyari rombongan pertama the jakmania yang dateng duluan dan mengajak mereka tuk gabung ke rombongan besar. Disana gw minta maaf ke semua anggota The Jakmania karena gagal membawa rombongan sampai masuk ke stadion dan pulang dengan aman. Di situ dari Panpel juga sempat minta maaf. Namun kondisi ini tidak bisa diterima oleh seluruh rombongan The Jakmania, bahkan mereka juga tidak mau berjabat tangan dengan gw dan 2 orang Viking lainnya yang masih setia mengawal meski pertandingan sudah berlangsung.Ketika rombongan hendak pulang, tiba2 The Jakmania diserang lagi oleh bobotoh yang masih nunggu di luar stadion. Kondisi ini jelas tidak bisa diterima oleh The Jakmania. Sudah ga bisa masuk masih juga diserang. Akhirnya The Jakmania balas perlakuan mereka (Oknum Bobotoh). Jumlah bobotoh di luar stadion masihratusan sehingga terjadilah bentrokan yang mengakibatkan pecahnya kaca2 mobil akibat terkena lemparan dari kedua kubu. Ketika polisi datang, keributan mereda dan the Jakmania mulai beranjak pulang. Sempat pula terjadi bentrok beberapa kali ketika rombongan berpapasan dengan bobotoh yang pulang karena tidak kebagian tiket.Sejak saat itulah api dendam dan permusuhan terus berkobar di kedua belah pihak. Puncaknya di acara Kuis Siapa Berani di Indosiar. Acara ini diprakarsai oleh Sigit Nugroho wartawan Bola yang terpilih menjadi Ketua Asosiasi Suporter Seluruh Indonesia.Sayang bentrokan ternyata ga bisa dihindari. Bukan gw memihak tapi faktanya memang Viking yang mulai. Mereka neriakin yel2 “Jakarta Banjir” yang dibales juga oleh the Jak. Suasana memanas hingga akhirnya terjadi benturan fisik.Letak Indosiar di Jakarta, jadi ga heran pelan2 berdatanganlah para suporter Persija kesana. Suasana sudah tidak terkendali dan atas inisiatif Polisi dan Indosiar, Viking langsung diungsikan dengan menggunakan truk Polisi. Namun kejadian ini ternyata dah menyebar luas kemana-mana hingga akhirnya terjadilah penyerangan terhadap rombongan Viking di tol Kebon Jeruk.Gw juga heran gimana Viking menyatakan klo hadiah menang kuis dirampok the Jak padahal hadiah itu kan belum diserahkan pihak Indosiar.Hadiah itu pun sampe sekarang ga kita terima. Saat itulah nama the Jakmania menjadi buruk. Di mata media the Jakmania tidak menerima kalah sehingga menyerang. Opini sudah terbentuk dan masyarakat di Bandung juga ikutan menghujat, sementara di Jakarta menyayangkan.Semenjak terjadi permusuhan dengan the Jakmania, apalagi setelah kejadian Indosiar, Viking berkembang pesat menjadi suporter yangdominan di Bandung. Mereka terus menebarkan kebencian ke the Jak dengan mengeluarkan kaos2 dan lagu2 yang bersifat menghujat the Jak. Reaksi anggota the Jakmania juga heboh. Mereka rame2 bikin kaos yang balas menghujat Viking.Sikap ini justru malah mengobarkan api kebencian suporter Persija terhadap Viking. Sehingga the Jakers banyak yang benci mereka bukan karena tau kejadian awalnya, tapi karena mereka ga suka dikata-katain terus. BelakanganKomisi Disiplin mengeluarkan larangan akan hal-hal seperti ini. Terlambat! Dan penerapannya juga ga konsisten, masih banya