Tujuh Keajaiban Dunia Obat yang Belum Pernah Terungkap Siapapun

0
3828
lowongan apoteker malang

Tujuh Keajaiban Dunia Obat yang Belum Pernah Terungkap Siapapun. Adalah Apoteker bernama Bernardi dalam blog pribadinya berhasil menyimpulkan keanehan di dunia Farmasi tentang obat yang selama ini masyarakat awam belum menyadarinya.

Melalui blog pribadinya bernadimalik.wordpress.com, mencoba mencurahkan apa yang didapatkannya seketika melewati masa studinya di Fakultas Farmasi Universitas Surabaya di Program Studi Sarjana Farmasi yang masuk di tahun 1995.

1.Plasebo Efek

Tahu nggak kalau tepung saja bisa menyembuhkan penyakit ? Meskipun persentasinya kecil ( kadang kurang dari 1 persen) dapat ditemukan  didalam beberapa jurnal penelitian, misalkan :  jika 1000 orang diberikan tablet  yang tidak mengandung bahan aktif maka beberapa diantaranya tetap mengalami  kesembuhan.  Hal ini disebabkan karena peneliti  melakukan uji silang yang akan melihat bagaimana jika obat tanpa bahan aktif dibandingkan dengan obat yang berbahan aktif. Namun nggak usah kuatir karena Para peneliti mempunyai standar uji klinis yang diatur secara ketat sehingga saat melaksanakan penelitian kepada manusia  dilakukan dengan etis.

Ketika laporan penelitian itu dipublikasikan, maka tiba-tiba saja muncul yang namanya plasebo efek, alias efek pasien yang sembuh ketika tidak diberikan obat. Biasanya efek ini tidak terlalu besar dan sangat kecil,meskipun demikian plasebo efek ini bukanlah tujuan pengobatan. Jadi nggak bisa disimpulkan kalau plasebo efek ini akan menjadi legitimasi anda untuk memberikan obat palsu.

Ingatlah,  jika anda  memberikan tepung pada pasien, hal tersebut sangat merugikan pasien dan termasuk tindakan kriminal. Jadi nggak usah mengharapkan anda mengobati pasien dengan rujukan penelitian plasebo efek.

2.Tablet 500 mg, tidak pernah ada !

Jangan anda pernah berpikir bahwa tablet  merek X  500 mg maka obat yang dikandung didalamnya mengandung tepat 500 mg. Tapi kandungan obat itu bisa lebih atau kurang. Tentu saja pada saat penimbangan obat tersebut diambil sejumlah total yang diharapkan. Namun ketika diuji di laboratorium maka obat tersebut  tidak akan mengandung 500 mg  loh. Kok bisa demikian ? hal itu disebabkan dalam pembuatan obat  setiap apoteker  mengacu kepada standar umum yaitu Farmakope Indonesia.  Didalam  Farmakope disebutkan  bahwa “tablet X rentang kadar obat X antara 495 mg-510 mg”.  Jadi  kandungan obat selalu dalam rentang yang disyaratkan oleh Farmakope.

Tablet …500 mg ? Hmmm, coba anda bertanya pada setiap peneliti di departemen quality control di semua pabrik farmasi di seluruh dunia. Adakah obat yang kandungan kadarnya 500,00 mg ….sangat jarang bahkan mungkin nggak ada.

3. Obat sebelumnya diujikan pada hewan loh.

Anda penyayang binatang ? Siap-siap saja anda bakal terenyuh,  Para peneliti biasa menggunakan hewan untuk melakukan uji obat-obatan. Mulai dari tikus, kelinci, anjing bahkan Monyet. Biasanya para ahli  itu ingin mengetahui efek-efek obat yang diberikan, misalkan  : menghilangkan nyeri, obat tidur, obat bius, dll..

Dosisnya tentu disesuaikan dengan binatang yang diujikan. Kalau mau melakukan pengujian nih biasanya para peneliti menyiapkan beberapa hewan uji dan kemudian memberikan obat dan pembandingnya untuk melihat efek yang dicari. Tidak menutup kemungkinan hewan yang diujikan itu terbunuh atau bahkan menderita karena uji yang dilakukan.Namun dari hasil penelitian ini kemudian didapat manfaat pengobatan kepada manusia, sehingga berbagai macam obat dapat dikonsumsi dan disebarkan keseluruh dunia.

4. Apoteker Tahu Obat tapi tidak diajari jenis Penyakit  !

Apoteker itu tahu semua jenis obat-obatan ketika dia lulus dari pendidikan apoteker, namun untuk spesifikasi penyakit jangan harap apoteker bisa paham. Baiklah, saya berikan ilustrasinya. Jika seorang gatal-gatal dan pergi  berobat, apoteker yang  tidak pengalaman pasti tidak bisa membedakan  penyebab gatal antara, Bakteri, Virus, Jamur atau alergi Biasa, namun apoteker tahu dan paham obat-obatan untuk mengobati penyakit kulit yang disebabkan oleh Bakteri, Virus, Jamur, atau alergi biasa. Hal tersebut karena apoteker diberikan pendidikan mengenai obat-obatan sementara mengenai penyakit dan penyebab-penyebabnya dokter diajari lebih banyak.

Jadi jika anda bertanya dengan Apoteker, pastikan anda tahu penyebab penyakit anda dengan sebelumnya pergi ke dokter.

Klik halaman berikutnya

BACA JUGA